Pendidikan Agam Islam - Iman kepada Allah SWT, malaikat dan kitab
Assalamualaikum Warrakhmatullahi Wabarakatu
Iman kepada Allah SWT, Malaikat dan
Kitab
A. Pengertian
Iman
·
Secara bahasa iman berarti mempercayai
dan membenarkan.
·
Secara istilah iman adalah keyakinan
dalam hati, diciptakan dengan lisan, diamalkan dengan anggota badan, bertambah
dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan maksiat
a. Iman
kepada Allah SWT
Iman kepada
Allah SWT adalah mempercayai atau meyakini akan wujudnya Allah SWT sebagai
tuhan yang maha esa dengan segala kemahasempurnaan nya. Kepercayaan tersebut
diyakini dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan
amal saleh.
Ketaatan atau
iman seseorang dapat diibaratkan seperti bola yang dilapisi tinta, semakin
banyak orang tersebut berbuat maksiat atau dosa maka semakin pudar lah tinta
dalam bola itu, sebaliknya jika semakin bertaqwa orang itu maka semakin tebal
lah tinta dalam bola itu.
b. Iman
kepada malaikat
Iman kepada
malaikat adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menciptakan
malaikat sebagai makhluk ghaib yang telah diutus untuk melaksanakan segala
perintahnya
c. Iman
kepada kitab
Iman kepada
kitab adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan
kitab-kitab kepada rasul-rasul nya untuk memberi petunjuk bagi umat manusia.
B. Dalil-dalil
ءَامَنَ
الرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ
ءَامَنَ بِاللَّـهِ وَمَلٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ
بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ
رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang
diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan:
"Kami dengar dan kami ta'at." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami
ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." ( Q.S Al-Baqarah : 285
)
يٰٓأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِاللهِ وَرَسُولِهِۦ وَالْكِتٰبِ الَّذِى
نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَالْكِتٰبِ الَّذِىٓ أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن
يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَالْيَوْمِ
الْءَاخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًۢا بَعِيدًا
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” ( Q.S An-Nisaa :
136 )
الْحَمْدُ
لِلَّـهِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُو۟لِىٓ
أَجْنِحَةٍ مَّثْنَىٰ وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۚ يَزِيدُ فِى الْخَلْقِ مَا يَشَآءُ ۚ
إِنَّ اللَّـهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji bagi Allah
Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang)
dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”(Q.S Al-Faathir)
C. Pembagian
iman kepada Allah SWT
1. Mengimani rububiyah Allah
Mengimani rububiyah Allah ialah
meyakini bahwa Allah adalah Rabb, tidak ada sekutu bagiNya, Dia Maha Pencipta
segala sesuatu. Semua yang ada adalah ciptaan Allah dan tidak ada yang
bersekutu dengannya dalam penciptaan.
2.
Mengimani
uluhiyah Allah
Mengimani uluhiyah Allah adalah
meyakini bahwa tidak ada Rabb yang berhak disembah melainkan Allah Azza
Wajalla. Tidak satupun selain Allah yang pantas mendapatkan penghambaan dari
makhluk Allah.
Setiap hamba wajib menyembah
hanya kepada Allah semata, dan tidak boleh sama sekali menyembah yang
selainnya, baik itu malaikat yang dekat dengan Allah dan suci dari segala macam
bentuk dosa, dan tidak pula para Nabi yang diutus ke dunia ini.
Dakwah para rasul semuanya
mengajak kepada menyembah Allah tanpa menyekutukannya dengan yang lain.
Barangsiapa yang menyembah kepada selain Allah, atau menyembah Allah sambil
menyembah hal lain, maka dia telah melakukan kesyirikan.
Siapa yang melakukan
kesyirikan, maka tempatnya dalah neraka. Sebab dosa syirik merupakan dosa
paling besar diantara dosa-dosa besar. Dosa syirik tidak akan pernah diampuni
oleh Allah sampai pelakunya bertaubat. Adapun dosa-dosa lain, maka itu bisa
diampuni bila berkehendak.
3.
Mengimani
nama dan sifat-sifat Allah
Mengimani nama-nama dan sifat
Allah ialah menetapkan nama-nama Allah ta’ala dan sifatNya, sebagaimana yang
telah ditetapkan Allah untukNya dalam kitabnya, atau sesuai yang telah
diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan tidak merubah
makna, tanpa meniadakan, tidak menanyakan bagaimana hakikatnya dan juga tidak
menyerupakannya dengan yang lain.
Nama-nama dan sifat-sifat Allah
merupakan bagian dari salah satu ilmu yang sangat penting dalam agama islam.
Sejumlah golongan sesat dalam perkara ini karena mereka salah memahami ilmu
tentang nama-nama dan sifat –sifat Allah.
Setiap muslim hendaknya mengikuti
pemahaman para salafus sholeh, yakni para sahabat dan para ulama yang berjalan
dalam aqidah yang lurus dalam memahami sifat dan nama-nama Allah. Hendaknya
tidak mengikuti pemahaman golongan yang menyimpang dalam hal ini, seperti
mu’tazilah, murjiah dan lainnya.
Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu anhu pernah berkata, “Bila kalian mau mengikuti sunnah, maka
ikutilah sunnah orang-orang yang telah meninggal dunia, sebab yang masih hidup
belum tentu bebas dan aman dari gelombang fitnah, mereka itulah para sahabat
nabi muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling suci hatinya, paling
dalam ilmunya, paling sedikit kelemahannya. Suatu kaum yang telah dipilih oleh
Allah untuk menegakkan agamaNya, menyertai agamaNya, olehnya itu kenalilah
hak-hak mereka, berpegang teguhlah pada petunjuk mereka, sebab mereka selalu
berjalan di atas petunjuk yang benar”.
Bagi setiap muslim dalam hal
asma’ dan sifat Allah, menetapkan bagi Allah nama-nama dan sifat-sifat yang
telah Allah tetapkan pada diri atau yang telah ditetapkan oleh RasulNya,
menimani nama dan sifat Allah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah dan
diiamani oleh para sahabat radhiyallahu anhum, mereka adalah generasi yang
paling selamat dalam hal ini.
D. Unsur-unsur iman kepada malaikat
1. Mengimani adanya mereka.
Yaitu kepercayaan yang pasti tentang keberadaan para
malaikat. Tidak seperti yang dipahami oleh sebagian orang bahwa malaikat adalah
hanya sebuah ‘kata’ yang bermakna konotasi yang berarti kebaikan atau
semacamnya. Allah Ta’ala telah menyatakan keberadaan mereka dalam firman-Nya
yang artinya: “Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba
yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 26-27)
2. Mengimani nama-nama malaikat yang telah kita
ketahui, sedangkan malaikat yang tidak diketahui namanya wajib kita imani
secara global.
Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya bilangan
malaikat dan tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali Allah Ta’ala adalah
sebuah hadits shahih yang berkaitan dengan baitul makmur. Di dalam hadits
tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya
baitul makmur berada di langit yang ketujuh setentang dengan Ka’bah di bumi,
setiap hari ada 70 ribu malaikat yang shalat di dalamnya kemudian apabila
mereka telah keluar maka tidak akan kembali lagi.” (HR. Bukhari &
Muslim)
3. Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita ketahui.
Seperti misalnya sifat Jibril, dimana Nabi mengabarkan
bahwa beliau shallallahu’alaihi wa sallam pernah melihat Jibril
dalam sifat yang asli, yang ternyata mempunyai enam ratus sayap yang dapat
menutupi cakrawala (HR. Bukhari). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam musnadnya dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat
malaikat Jibril dalam bentuk aslinya yang mempunyai enam ratus sayap, setiap
sayap menutup ufuk, dari sayapnya berjatuhan berbagai warna, mutiara dan
permata yang hanya Allah sajalah yang mengetahui keindahannya.” (Ibnu
Katsir berkata dalam Bidayah Wan Nihayah bahwa sanad hadits
ini bagus dan kuat, sedangkan Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah berkata
dalam Al-Musnad bahwa sanad hadits ini shahih)
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa malaikat
memiliki sayap dengan berbagai warna. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah ‘Azza
wa Jalla dan memberitahukan bentuk Jibril‘alaihissalaam yang
mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk. Kita tidak perlu
mempersoalkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat
melihat enam ratus sayap dan bagaimana pula cara beliau menghitungnya? Padahal
satu sayap saja dapat menutupi ufuk? Kita jawab: “Selagi hadits
tersebut shahih dan para ulama menshahihkan sanadnya maka kita tidak membahas
mengenai kaifiyat (bagaimananya), karena Allah Maha Kuasa untuk memperlihatkan
kepada Nabi-Nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hal-hal yang tidak
dapat dibayangkan dan dicerna oleh akal fikiran.”
Allah ta’ala menceritakan bahwa sayap yang dimiliki
malaikat memiliki jumlah bilangan yang berbeda-beda. “Segala puji bagi
Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan
(untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada
yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.
Faathir: 1)
Sifat malaikat yang lain adalah terkadang malaikat itu
-dengan kekuasaan Allah- bisa berubah bentuk menjadi manusia, sebagaimana yang
terjadi pada Jibril saat Allah mengutusnya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk mengajarkan pada manusia apa itu Islam, Iman
dan Ihsan. Demikian juga dengan para malaikat yang diutus oleh Allah kepada
Ibrahim dan Luth ‘alaihimassalaam, mereka semua datang dalam bentuk
manusia. Para malaikat adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa mentaati apa
yang diperintahkan oleh Allah dan tidak pernah mendurhakai Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
4.
Mengimani dengan apa yang kita ketahui
tentang pekerjaan-pekerjaan mereka
Kita mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang
pekerjaan-pekerjaan mereka yang mereka tunaikan berdasarkan perintah Allah
Ta’ala, seperti bertasbih (mensucikan Allah) dan beribadah kepada-Nya tanpa
kenal lelah dan tanpa pernah berhenti. Di antara para malaikat, ada yang
memiliki tugas khusus.
E.
Unsur-unsur Iman kepada kitab Allah
1.
Beriman bahwa kitab-kitab itu benar-benar diturunkan
dari sisi Allah ta’ala.
2.
Beriman kepada apa yang telah Allah namakan dari
kitab-kitabNya dan mengimani secara global kitab-kitab yang kita tidak ketahui
namanya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca supaya manusia dapat melaksanakan
keadilan.” Ayat ini menunjukkan bahwa terdapat kitab bagi setiap
Rasul, akan tetapi kita tidak mengetahui seluruh namanya.
3.
embenarkan berita-berita yang benar dari kitab-kitab
tersebut sebagaimana pembenaran kita terhadap berita-berita Al-Qur’an dan juga
berita-berita lainnya yang tidak diganti atau dirubah, dari kitab-kitab
terdahulu (sebelum Al-Qur’an).
4.
Mengamalkan hukum-hukum yang tidak dihapus (nasakh)
serta dengan rela dan pasrah menerimanya, baik kita ketahui hikmahnya atau
tidak. Ketahuilah saudariku, bahwa seluruh kitab yang ada telah terhapus
(mansukh) dengan turunnya Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan
Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai
muhaimin terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (QS. Al-Maa’idah 5:48).
Artinya, Al-Qur’an sebagai ‘hakim’ atas kitab-kitab yang ada sebelumnya. Maka
tidaklah diperbolehkan untuk mengamalkan hukum apapun dari hukum-hukum
terdahulu, kecuali yang sah dan diakui oleh Al-Qur’an.
Video :
Wassalamualaikum Warrakhmatullahi Wabarakatu
Komentar
Posting Komentar