Pendidikan Agama Islam - Al-Hadits dan Al-Ijtihad
1. Pengertian
-
Secara bahasa
1) Al-Hadits
Hadits (Arab: الحديث, har. 'berbicara, perkataan, percakapan, disebut juga sunnah, adalah perkataan (sabda),
perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad
SAW yang dijadikan landasan
syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur'an, dalam hal
ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an.
2)
Al-Ijtihad
Ijtihad (Arab: iاجتهاد) adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh,
yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari
ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun
hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
-
Secara istilah
1) Al-Hadits
Apa-apa
yang datang nya dari nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan, perbuatan maupun
ketetapan
2) Al-Ijtihad
Upaya
sungguh-sungguh yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kapasitas keilmuan
yang mumpuni untuk mengambil kesimpulan (istinbath) dan menetapkan sesuatu
perkara berdasarkan dalil-dalil agama. Oran yang melakukan ijtihad disebut
mujtahid (tunggal) atau mujtahidun/mujtahidin (jamak). Dalam kehidupan sekarang
ijtihad kebanyakan dilakukan jamak.
2. Al-Hadits
dan Al-Ijtihad sebagai sumber penetapan hukum
Hadits riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi
ولما بعث النبي معاذ بن جبل إلى اليمن قاضيا، قال له:
(كيف تقضي إذا عرض لك قضاء؟) قال: أقضي بكتاب الله تعالى، قال: فإن لم تجد ؟ قال:
فبسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: فإن لم تجد؟ قال: أجتهد رأيي ولا آلو،
قال معاذ: فضرب رسول الله صلى الله عليه وسلم في صدري وقال: الحمد لله الذي وفق
رسول رسول الله لما يرضي رسول الله
Artinya: Ketika
Nabi mengutus Sahabat Muadz bin Jabal ke Yaman sebagai hakim Nabi bertanya:
Bagaimana cara kamu menghukumi suatu masalah hukum? Muadz menjawab: Saya akan
putuskan dengan Quran. Nabi bertanya: Apabila tidak kamu temukan dalam Quran?
Muadz menjawab: Dengan sunnah Rasulullah. Nabi bertanya: Kalau tidak kamu
temukan? Muadz menjawab: Saya akan berijtihad dengan pendapat saya dan tidak
akan melihat ke lainnya. Muadz berkata: Lalu Nabi memukul dadaku dan bersabda:
Segala puji bagi Allah yang telah memberi pertolongan pada utusannya Rasulullah
karena Nabi menyukai sikap Muadz.
3. Macam-macam
Al-Hadits
1. Hadits atau Sunnah Qualiyah
Hadits Qualiyah yaitu ucapan-ucapan atau sabda Nabi
dalam berbagai kesempatan dan keadaan yang berhubungan dengan penerapan hukum
atau ketentuan-ketentuan lain dalam islam.
Contohnya seperti sabda Rasulullah saw:
اْلمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَاْلبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
"Orang mukmin
dengan orang mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan, satu sama lain saling
menguatkan". (H.R.Muslim)
2. Hadits atau
Sunnah Fi'liyah
Hadits
Fi'liyah yaitu perbuatan atau perilaku Nabi untuk memberikan tuntunan atau
contoh pelaksanaan ibadah atau urusan-urusan lain dari islam.
Contoh:
عَنْ
جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّى عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ فَإِذَا اَرَادَ
اْلفَرِيْضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ اْلفِبْلَةَ
“Dari
Jabir berkata, bahwasanya Rasulullah pernah shalat di atas tunggangannya,
kemana saja tunggangannya itu menghadap. Apabila beliau hendak (melaksanakan
shalat) fardhu, ia turun dan menghadap ke kiblat”
(HR. Bukhari-Muslim)
"Nabi Saw
(meluruskan) shaf-shaf kami ketika kami akan melakukan shalat. Apabila
shaf-shaf kami telah lurus, barulah Nabi Saw. bertakbir".(HR. Muslim)
3. Hadits atau
Sunnah Taqririyah
Hadits Taqririyah yaitu pernyataan/persetujuan
Nabi terhadap suatu perbuatan yang dilakukan sahabat atau seseorang dihadapan
beliau, atau perbuatan seseorang di tempat lain yang di laporkan kepada beliau,
lalu beliau diam. Diamnya Nabi menandakan persetujuan, sebab kalau tidak
setuju, maka Nabi akan menolaknya atau melarangnya.
Contoh:
أَحَرَامٌ الضَبُّ يَا رَسُوْلَ اللهِ
قَالَ لَا وَلَكِنْ لَمْ يَكُنْ بِأَرْضِ قَوْمِيْ كُلُوْا فَإِنَّهُ حَلَالٌ
قَالَ خَالِدٌ فَاجْتَرَرْتُهُ فَأَكَلْتُهُ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْظُرُ إِلَيَّ
“Apakah
biawak ini haram? Nabi menjawab: “tidak,
hanya saja (binatang ini) tidak ada di daerah kaumku. Makanlah, karena itu
halal”. Khalid berkata: “Segera
aku memotongnya dan memakannya, sedangkan Rasulullah menyaksikanku”. (HR. Bukhari-Muslim)
4. Macam-macam
Al-Ijtihad
1.
Ijtihad
fardi (perseorangan)
Ialah ijtihad yang dilakukan secara
mandiri oleh seseorang yang mempunyai keahlian dan ijtihadnya belum dapat
persetujuan dari ulama atau mujtahid lain. Ijtihad fardi maerupakan langkah
awal atau dasar dalam mewujudkan ijtihad kolektif. Kalau tidak teardapata
individu yang mampu dan ahli ijtihad, maka tidak akan terjadi ijtihad kolektif
yang sangat dibutuhkan keberadaannya.
2.
Ijtihad
jama’i (kolektif)
Ialah ijtihad yang dilakukan secara bersama atau bermusyawarah terhadap suatu
masalah, dan pengamalan hasilnya menjadi tanggungjawab bersama.
5. Syarat-syarat
Al-Ijtihad
a. Muslim,
mukallaf (baigh, berakal, dll)
b. Memahami
Al-Quran
c. Memahami
Al-Hadits
d. Memahami
ilmu bahasa arab
e. Memahami
ilmu Fiqih, Ushul Fiqh, dan kaidah Fiqhiyyah
f. Mengetahui
masalah-masalah yang sudah menjadi jima’ ulama
g. Memahami
Fiqh waqi (fiqh realitas)
h. Mempunyai
kapasitas keilmuwan terhadap persoalan yang sedang dikaji
6. Kedudukan
Al-Hadits terhadap Al-Quran
“Telah aku
tinggalkan dua perkara untuk kalian, kalian tidak aan sesat selama-lamanya
selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan
sunnah Nabi-Nya” (HR. Malik)
Fungsi
Hadits terhadap Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Memperkuat
hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an.
2. Memberikan penjelasan atau rincian
terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat global.
3.
Menentukan ketentu atau hukum yang belum disebutkan dalam al-qur’an.
Video :
Komentar
Posting Komentar